Beberapa waktu lalu (tepatnya tanggal 20 September 2012), saya mendapatkan kesempatan untuk menonton film produksi Jerman berjudul Nordwand. Dari judulnya, Anda mungkin sudah bisa menebak kalau film ini berhubungan dengan petualangan.
Ya, benar. Nordwand sendiri dalam bahasa Inggris adalah "North Face" (Wajah Utara), sebutan untuk bagian utara Gunung Eiger yang terletak di Jungfrau, Swiss. Dan seperti para Eigerian ketahui, Gunung Eiger adalah gunung yang menjadi simbol dan inspirasi nama produk tas Eiger.
Dalam sejarah, North Face adalah bagian paling berbahaya dari Gunung Eiger yang hingga hari ini masih sulit sekali untuk ditaklukkan. Sejak tahun 1935 - ketika North Face pertama kali didaki oleh pendaki muda berdarah Jerman asal Bavaria Karl mehringer dan Max Sedlmeyer - hingga hari ini setidaknya sudah ada 64 pendaki yang tewas, sehingga tidak jarang sisi utara Gunung Eiger tersebut disebut juga dengan "The Murderous Wall" (Mordwand).
Film yang saya tonton tersebut merupakan film yang diangkat dari kisah nyata salah satu usaha pendakian Nordwand yang paling fenomenal dan dikenang sepanjang masa yang dilakukan oleh 2 orang Jerman - Andreas Hinterstoisser dan Toni Kurz - pada tahun 1936.
Dalam film berdurasi 127 menit tersebut, diceritakan tentang dua orang sahabat yang juga prajurit Jerman yang menyukai kegiatan climbing, Mereka adalah Toni Kurz (diperani Bennoi Furmann) dan Andreas Hinterstoisser (Florian Lukas). Keduanya terobsesi untuk menaiki bagian Utara Gunung Eiger yang mereka kenal dengan sebutan Nordwand karena saat itu belum banyak pendaki yang berhasil menaklukkan bagian tersebut. Selain hobi, mereka memiliki obsesi untuk bisa dikenal sebagai pahlawan karena - jika berhasil mendaki Nordwand - mereka akan menjadi orang Jerman pertama yang berhasil menaklukkan Nordwand.
Dengan berbekal foto dan pengalaman mendaki, mereka berdua pun memulai pendakian. Saat pendakian, mereka "dibuntuti" oleh dua orang pendaki asal Austria - Willy Angerer (diperani Simon Schwarz) dan Edi Reiner (Geor Friedrich) - yang juga memiliki obsesi yang sama dan terus mengikuti rute yang diambil Toni dan Andreas.
Ketegangan mulai terjadi mana kala keempat orang tersebut sudah tiba di tengah-tengah gunung. Udara yang tidak bersahabat, Edi yang kakinya terluka setelah terjepit bebatuan gunung, serta peralatan yang sangat minim, menyebabkan satu persatu dari mereka tewas. Hingga akhirnya Toni menjadi satu-satunya pendaki yang tersisa, setelah tergantung selama 24 jam serta dihempas badai salju yang luar biasa dasyat. Ketika akan ditolong, tim penolong tidak membawa tali yang cukup panjang. Akibatnya Toni tidak bisa diselamatkan dan dia hanya bisa tergantung beberapa meter saja di atas para penolongnya. Tidak ada orang yang bisa melakukan apapun selain melihat Toni yang sekarat mati perlahan-lahan.
Film yang disutradarai Phillip Stolzl ini tidak saja indah dan menakjudkan dari segi sinematografi, namun juga kuat dalam cerita (walau ending-nya tidak "happy end", seperti kejadian sebenarnya). Tidak heran film ini meraih banyak penghargaan dalam gelaran German Film Award 2009, yaitu untuk kategori Best Cinematography, Best Sound, Best Production Design, Best Screenplay, dan Best Sound Editing.
Film yang didistribusikan di negara lain dengan judul North Face ini merepresentasikan semangat juang yang pantang menyerah serta semangat pendaki sejati. Keras. Penuh tantangan. Dan tak kenal lelah. Itulah semangat Eiger. Saya merasakan semangat yang mendalam itu selama menonton film ini. Semoga Anda pun merasakan hal yang sama seperti saya.